Sabtu, 14 Mei 2011

Tanpa Huruf, Tanpa Kata

Yang nyata
adalah tanpa huruf dan tanpa kata,
karena huruf dan kata adalah sabda.
Ketika aku berkata menjadi huruf dan kata,
yang nyata tersembunyi di balik fakta,
karena fakta bukan huruf dan kata,
huruf dan kata tidak pernah menjadi fakta.
Yang nyata adalah yang nyata,
meskipun engkau tidak melihatnya,
yang nyata adalah yang nyata,
meskipun engkau tidak menjumpainya,
karena yang nyata sudah menjadi biasa,
maka engkau telah melupakannya.
Jangan lupakan yang nyata,
padahal engkau berkata-kata
padahal engkau berhuruf-huruf.
Jangan lupakan yang nyata,
padahal engkau tanpa kata-kata
padahal engkau tanpa huruf-huruf.
Tanpa huruf dan kata adalah Aku,
dengan kata dan huruf adalah Aku,
karena yang nyata adalah Aku jua. 





Minggu, 08 Mei 2011

YANG BERANASIR

Air yang beranasir air
Api yang beranasir api
Tanah yang beranasir tanah
Udara yang beranasir udara
menyatu menjadi satu tubuh,
ketika aku menjadi Adam.
Dzi yang beranasir Dzi
Madzi yang beranasir Madzi
Mani yang beranasir Mani
Manikam yang beranasir Manikam
menyatu dalam satu wadah
yang bernama Rahim,
ketika aku menjadi jabang bayi.
Yang beranasir menjadi tak beranasir
 yang tak beranasir menjadi beranasir,
karena lenyap sempurna menjadi yang tiada
dan yang tiada menjadi yang ada,
ketika aku menjadi Muhammad
ketika aku menjadi rahasia Allah.

Seumpama Air yang Kembali ke Asal

Seperti setetes air
yang tenggelam di lautan Samudera,
mengapa mesti tenggelam, jika air hanya kembali ke asalnya.
Menyusuri jejak ini,
pada sungai-sungai yang mengalir,
pada parit-parit yang keruh,
pada tetesan hujan yang mengguyur,
pada gumpalan embun pagi yang dingin,
air adalah air
yang selalu mengalir menuju ke muara,
dari hulu ke hilir menyapa sejarahnya sendiri.
Mengalirlah air,
ke tepian yang tak bertepi,
ke muara yang tak bermuara,
menetes-menitis air yang mengalir,
sambung-menyambung menjadi sungai,
hingga ke laut ini, tak pernah berhenti.
Air pun kembali ke asalnya,
saat air meninggalkan nama,
saat air meninggalkan warna,
akulah air yang kembali abadi.
Yang demikian adalah air kejernihan,
seumpama diri yang mencair
dalam keheningan.

Minggu, 01 Mei 2011

Yang Fana, Yang Baqa

Hidup yang sebenarnya
adalah hidup yang tanpa ruh,
mati yang tanpa ajal.
Itulah aku yang berjalan tanpa jejak,
seperti mati yang belum mati,
seperti mayat yang belum kembali,
meskipun ada seperti tiada,
meskipun tiada seperti ada,
yang tampak hanyalah fana.
Aku nyata, karena dinyatakan
Aku tiada, karena ditiadakan
seperti karam di lautan,
tenggelam aku dalam kebaqaan ini.
Hati tak sanggup lagi merasa,
akal tak sanggup lagi menjangkau,
ruh pun hanya sanggup terpana,
ini urusanKu, kata-Mu.
Jangan pernah kau pikirkan,
jika tidak kau pikirkan, ini tanggunganKu,
jika kau pikirkan, ini tanggunganmu,
karena engkau telah bersekutu
denganKu.




Kamis, 28 April 2011

AKU dan KAU

Aku dan Kau,
tak ada sekutu di antara kita,
karena kita cuma satu.
Jangan ada lagi saling pandang
jangan ada lagi saling menyatu
jangan ada lagi saling kenal,
karena kita tak pernah bisa berpisah.
Biarkan aku berkata, Aku kataMu
biarkan aku berkata, Kamu kataku,
karena tak ada lagi dialog di antara kita
yang menunjukkan jarak 
perpisahan ini.
Aku adalah nyatanya Kau,
Kau adalah nyatanya Aku,
tapi aku bukan Kau,
dan Kau bukan Aku.

Rabu, 27 April 2011

YANG TAHU, BUANG TAHU

Yang tahu,
sebenarnya hanya sampai di pintu gerbang ini,
setelah ia tak pernah bisa kembali
ke jalan pendakian yang telah ia lalui,
sebelum tahu mencari tahu.
Meskipun sempurna pengetahuan ini,
perjalanan akan terhenti sampai di sini.
Dalam pendakian ini,
pengetahuan hanya menghantar sampai ke pintu gerbang,
maka buanglah pengetahuanmu,
seperti awal engkau mencari,
karena pengetahuan telah menjadi keyakinan.
Di sini, di pintu gerbang ini
yang tahu menjadi yang tidak tahu,
yang tidak tahu menjadi yang tahu,
karena Yang tahu meliputi yang tidak tahu,
karena yang tidak tahu diliputi yang tahu,
semua menjadi tahu, karena yang tahu adalah yang tahu.
Kesadaran yang tahu,
kesadaran yang yakin,
kesadaran kenal siapa yang tahu,
adalah jubah memasuki pintu gerbang ini,
maka tiada sekutu antara yang ada dan yang tiada.
Leburlah diri dalam peleburan ini,
kekallah diri dalam kekekalan ini.



Selasa, 26 April 2011

Yang Diam dalam Diam

javascript:void(0)
Yang ada hanya hening,
saat diam ini menjadi,
karena diri telah kembali
merasakan tiada yang mati.
Meskipun ada yang tiada ini,
karena yang tiada itulah yang ada.
Apalah arti ada dan tiada,
saat hening pun kembali
menjadi ada,
Karena penyaksian adalah hening itu sendiri.
Dalam diam, yang diam menjadi tiada
dalam hening, yang hening pun tiada.
Yang ada adalah Yang ada,
maka berhentilah berfikir tentang Yang ada,
karena Yang diam dalam diam tiada,
karena Yang hening dalam hening pun tiada.