Yang terungkap dalam puasa
bahwa tubuh bisa lapar-bisa haus
menjadi wahana mendaki
untuk menggapai Tuhanmu,
maka puasa pun menjadi rasa
maka puasa pun menjadi nyata,
saat yang lapar menjadi yang tidak lapar
saat yang haus menjadi yang tidak haus.
Sempurnalah puasamu
hilang rasa
hilang terasa,
menjadi dirimu
menjadi laparmu
menjadi hausmu,
inilah sirna dalam fanamu
inilah ada dalam penggapaianmu,
puasapun menjadi langgeng
melintas Ramadhan-mu
puasapun menjadi ada
melintas dirimu yang tiada,
ada puasa, meskipun tanpa Ramadhan-mu
ada puasa, meskipun tanpa dirimu,
inilah puasa yang tidak lapar
inilah puasa yang tidak haus,
hanya bagi dirimu yang mengenal dirimu
hanya bagi dirimu yang mengenal Tuhanmu,
maka puasa ini menjadi hak-mu
maka puasa ini menjadi nyata bagimu.
Terimalah adanya menjadi dirimu
terimalah adanya menjadi tiadamu,
puasamu menjadi syariat-mu
puasamu menjadi hakikat-mu,
nyatalah pada dirimu
nyatalah pada puasamu,
lebur menjadi satu
sembunyi pada yang satu,
maka puasamu adalah satumu
maka satumu adalah puasamu.
Bukan engkau yang berpuasa,
tapi Akulah yang berpuasa,
karena Akulah yang tidak pernah lapar
karena Akulah yang tidak pernah haus,
menjadi nyata pada dirimu
menjadi bukti pada dirimu,
tentang yang ada, satu jua adanya.