Hidup yang sebenarnya
adalah hidup yang tanpa ruh,
mati yang tanpa ajal.
Itulah aku yang berjalan tanpa jejak,
seperti mati yang belum mati,
seperti mayat yang belum kembali,
meskipun ada seperti tiada,
meskipun tiada seperti ada,
yang tampak hanyalah fana.
Aku nyata, karena dinyatakan
Aku tiada, karena ditiadakan
seperti karam di lautan,
tenggelam aku dalam kebaqaan ini.
Hati tak sanggup lagi merasa,
akal tak sanggup lagi menjangkau,
ruh pun hanya sanggup terpana,
ini urusanKu, kata-Mu.
Jangan pernah kau pikirkan,
jika tidak kau pikirkan, ini tanggunganKu,
jika kau pikirkan, ini tanggunganmu,
karena engkau telah bersekutu
denganKu.
adalah hidup yang tanpa ruh,
mati yang tanpa ajal.
Itulah aku yang berjalan tanpa jejak,
seperti mati yang belum mati,
seperti mayat yang belum kembali,
meskipun ada seperti tiada,
meskipun tiada seperti ada,
yang tampak hanyalah fana.
Aku nyata, karena dinyatakan
Aku tiada, karena ditiadakan
seperti karam di lautan,
tenggelam aku dalam kebaqaan ini.
Hati tak sanggup lagi merasa,
akal tak sanggup lagi menjangkau,
ruh pun hanya sanggup terpana,
ini urusanKu, kata-Mu.
Jangan pernah kau pikirkan,
jika tidak kau pikirkan, ini tanggunganKu,
jika kau pikirkan, ini tanggunganmu,
karena engkau telah bersekutu
denganKu.