Ketika semesta alam adalah rahmat,
maka Nur Muhammad adalah antara
hakikat kejadian ini.
Ketika ketauladanan adalah rahmat,
maka kerasulan Muhammad adalah pembawa berita ini.
Ketika kesempurnaan adalah rahmat,
maka kemanusiaan Muhammad adalah figur diri ini.
Karena Muhammad yang zohir
karena Muhammad yang bathin,
menyatu jua dalam Nur Muhammad,
menjadi Muhammad, menjadi diri ini.
Aku adalah rahmatMU
Engkau adalah rahmatku,
sebab rahmatMu mendahului kemurkaanMu,
Maka rahmat ini menjadi rahmatMu
maka rahmat ini menjadi rahmatku.
Dalam semesta dunia
dalam semesta akhirat
diri selalu menjadi rahmat
karena setiap diri adalah Muhammad
karena Muhammad adalah sifat diri.
Muhammad adalah siddik
Muhammad adalah amanah
Muhammad adalah tabligh
Muhammad adalah fathonah
maka Muhammad menjadi rahmat
maka Muhammad menjadi diri
karena Muhammad adalah rahmat
karena diri adalah rahmat.
rahmat bagi Alam besar
rahmat bagi Alam kecil,
maka Rabb bergelar Rabbul Alamin
maka Muhammad bergelar Rahmatan lil Alamin.
Yang ku tahu, tak ada
yang ku tak tahu, ada
begitulah perjalanan ini menjadi bukti.
pengetahuan tak mencukupi diri
pengetahuan telah menutupi diri
apa yang engkau sebut sistem
adalah belenggu diri.
pengetahuan menjadi pengakuan
pengetahuan menjadi keangkuhan,
maka berhentilah mengaku
maka berhentilah berstatus.
Karena diri telah terlahir
karena diri telah menjadi,
maka jadilah dirimu
maka terlahirlah dirimu.
Di sinilah engkau bersandiwara
di sinilah engkau bertungkus-limus,
menjadi dirimu
melahirkan dirimu.
Tak ada salam di permulaan ini
tak ada salam di penghabisan ini
dengan basmalah menjadi sunyi
dengan hamdalah menjadi sepi
dengan syahadat menjadi saksi
diri terlahir, diri menjadi.
Di samudera kebenaran ini,
yang ada adalah karam,
yang tiada sebenarnya yang ada.
Kebenaran adalah nyata,
karena nyatanya dalam diri,
Kebenaran adalah wujud,
karena wujudnya dalam tubuh dan ruhnya sendiri.
Yang karam adalah kesadaran dalam samudera kebenaran,
yang tak bertepi, yang tak berbatas
karena kebenaran yang ber-Maha,
maka diri yang tenggelam menjadi padu
maka tubuh dan ruhnya menjadi satu
seperti kembali ke asalnya yang satu.
Di sini pengetahuanmu menjadi sirna,
karena pengetahuan hanyalah tunggal.
Di sini upayamu menjadi tak berdaya,
karena daya upaya hanya milikNya.
Engkau tenggelam, tapi engkau hidup
engkau karam, tapi engkau sadar.
Samudera ini, samuderamu
samudera ini, samuderaNya
karena kebenaran bermuara dari yang satu.
diam-diam dirimu
tenggelam dan karam di samudera ini,
lenyap dalam kebenaran yang tak bertepi,
menjadi aku dan engkau
dalam kesadaran yang fana.
Di sinilah aku tunggal,
di sinilah aku menyatu.
Yang dipinta dan yang meminta
tak pernah berpisah, karena satu jua.
adalah doa besertamu
yang diam-diam menjadi nyata.
Karena engkau adalah diri yang fakir,
karena engkau adalah diri yang tajjali,
maka keinginanmu adalah kenginanNya,
maka keinginanNya adalah keinginanmu.
Yang mengerti adalah yang mengerti,
di maqam ini hanya bagi yang mengerti,
sebab doa tak pernah berhenti.
Doa bukan lagi permintaan
doa bukan lagi perbincangan
doa bukan lagi pemujaan
doa adalah doa,
yang selalu menjadi nyata.
Karena doa selalu bersertamu,
karena doa menyatu denganmu.
Ketika yang berzikir menjadi yang dizikirkan
dalam kesadaran ini, ia menjadi yang dizikirkan,
maka lepaslah ia ke alam malakut,
mengelana perjalanannya sendiri, hening tak bertepi.
Ketika yang memandang menjadi yang dipandang
dalam kesadaran ini, ia menjadi yang tersenyum,
maka lepaslah ia ke alam jabarut,
melihat pengalamannya sendiri, terang yang benderang.
Ketika yang mencintai menjadi yang dicintai
dalam kesadaran ini, ia tenggelam menjadi cinta,
maka lepaslah ia ke alam lahut,
menikmati kebersamaannya sendiri, diri yang tajalli.
Ketika yang merasa menjadi yang dirasa
dalam kesadaran ini, ia menjadi dirinya sendiri,
maka lepaslah ia di alam mulki,
melakoni perannya sendiri, menjalani diri yang berdiri.
Jika engkau mengaku dirimu,
maka engkau mengingkari yang ada.
Jika engkau mengenal yang ada,
maka engkau menduakan dirimu.
Karena yang tiada lebur menjadi yang tiada,
karena yang ada kekal menjadi yang ada.
Jika yang tiada adalah adam,
maka yang tiada menjadi tiada kesadaran.
Jika yang ada adalah wujud,
maka yang ada menjadi kesadaran.
Karena yang tiada adalah yang tiada,
karena yang ada adalah yang ada.
Jika engkau berkata yang satu,
maka engkau adalah yang satu.
Jika engkau berkata bukan yang satu,
maka engkau bukan yang satu.
Karena yang satu adalah yang satu,
karena bukan yang satu adalah yang lain satu.
Jika yang satu adalah yang satu,
maka yang satu menjadi nyata.
Jika bukan yang satu adalah bukan yang satu,
maka bukan yang satu menjadi ada.
Karena yang satu dan bukan yang satu;
satu jua namaNya,
satu jua sifatNya,
satu jua af'alNya,
satu jua dzatNya.
Jika engkau katakan itiqadmu,
maka engkau menjadi kafir.
Jika engkau tidak mengakui itiqadmu,
maka engkau juga kufur.
Jika engkau meragukan itiqadmu,
maka engkau menjadi kafar.
Karena itiqadmu adalah diammu,
karena itiqadmu adalah dirimu.
Ayo, tutup buku ini
karena pelajaran sudah selesai,
membuat jejak sebagai kesan
menelusuri perjalanan menuju kembali
kepada yang satu, yang hidup kembali yang hidup
kepada yang satu, yang mati kembali yang mati.
Karena pertanyaan adalah permainan jawaban
karena jawaban adalah permainan pertanyaan,
maka berhentilah bertanya
maka berhentilah menjawab,
disinilah nyatanya jejakmu,
yang satu adalah yang banyak
yang banyak adalah yang satu.
Jalan mendaki, jalan menurun
jalan menurun, jalan mendaki
engkau adalah satu jua,
karena yang satu adalah yang satu,
dalam perjalanan ini,
jalan mendaki adalah jalan menurun
jalan menurun adalah jalan mendaki.
Maka berjejaklah engkau disini,
di jalan yang mendaki ini
di jalan yang menurun ini,
karena engkaulah yang punya diri.