Minggu, 19 Februari 2012

UMMI

Aku ummi
dari Nabiku yang ummi,
ummi yang ummi
ummi yang sebenarnya ummi,
maka Nabiku ummi yang sebenarnya ummi
maka aku ummi yang sebenarnya ummi.
Jangan engkau salahpaham, Nabiku yang ummi
jangan engkau salahpaham, aku yang ummi,
karena kami ummi yang sebenarnya ummi
karena kami bukan ummi yang engkau pahami;
ummi yang buta huruf
ummi yang tuna aksara
ummi yang tak bisa membaca,
karena kami ummi yang sebenarnya ummi;
ummi yang membaca tidak berhuruf
ummi yang membaca tidak beraksara
ummi yang membaca tidak bertulis,
maka kami ummi yang sebenarnya, ummi yang tahu tidak tahu
maka kami ummi yang sebenarnya, ummi yang tahu diberitahu,
demikian ummi yang sebenarnya ummi
demikian Nabiku yang sebenarnya ummi
demikian aku yang sebenarnya ummi.
Aku ummi
dari Nabiku yang ummi,
maka aku jadi yang ummi dalam keummian
maka aku jadi ummi yang sebenarnya ummi,
ummi yang sebenarnya tahu tidak tahu
ummi yang sebenarnya tahu hanya diberitahu
ummi yang sebenarnya tahu membuang tahu,
jadilah aku sebagai penyaksi
jadilah aku Syahadatku,
yang tunggal
yang satu.







Sabtu, 11 Februari 2012

SYAIR AIR

Pada air, aku menyata
yang hidup mengaliri kehidupan
jadilah ia sungai,
yang meresap dikedalaman bumi
jadilah ia lautan
yang menguap disemesta alam
jadilah ia hujan,
yang nyata dalam diri,
jadilah ia elemen.
Pada air, aku menyata
yang hidup menghidupkan kehidupan
jadilah hidup hidup kehidupan
yang jernih menjernihkan kejernihan
jadilah jernih jernih kejernihan,
yang bening mengheningkan keheningan
jadilah bening hening keheningan,
yang suci mensucikan kesucian
jadilah suci suci kesucian.
Demikian air adanya
yang dingin mendinginkan
yang segar menyegarkan
yang basah membasahkan.
Dingin air menjadi embun
dingin embun menjadi beku,
embun membeku jadi es
es mencair jadi air,
demikian wujud
demikian ilmu
demikian Nur
demikian syuhud,
aku jua adanya
aku jua nyatanya.






Senin, 02 Januari 2012

RIDHO

Ridhomu adalah ikhlasku
ikhlasku adalah ridhomu,
karena satu jua adanya;
ikhlas dan ridho
ridho dan ikhlas,
ikhlas menentukan ridho
ridho menentukan ikhlas,
dalam menentukan satu yang satu
dalam yang satu menentukan satu,
maka jadilah ikhlas
maka jadilah ridho.
Ikhlas adalah aku
ridho adalah engkau,
aku dan engkau
engkau dan aku,
aku adalah engkau
engkau adalah aku,
tapi aku bukan engkau
tapi engkau bukan aku,
maka ikhlas menjadi ridho,
aku dan engkau,
maka ridho menjadi ikhlas,
engkau dan aku;
aku diliputi ridhoMu
engkau meliputi ikhlasku.
Ikhlas mejadi ridho
ridho menjadi ikhlas,
seumpama laut dan gelombangnya
seumpama angin dan hembusannya,
itulah aku yang tampak
itulah aku yang tersembunyi,
dalam zohir
dalam bathin.
Inilah ikhlas yang ridho
inilah ridho yang ikhlas,
karena aku dan engkau
karena engkau dan aku
adalah yang satu,
menjadi kesadaran yang satu.









Jumat, 30 Desember 2011

SYUKUR

Nikmat di raga
nikmat di rasa
nikmat di nyawa
nikmat di rahsa,
kesadaran dalam kenikmatan adalah kebersyukuran
pengingakaran dalam kenikmatan adalah kekufuran,
ketika engkau berhenti dalam tingkatan kenikmatan,
engkau masih menyisakan kebersyukuran,
ketika engkau berhenti dalam tingkatan kebersyukuran,
engkau masih menyisakan kekufuran,
maka jadilah nikmat, yang tak menyisakan kebersyukuran
maka jadilah nikmat, yang tak menyisakan kekufuran.
Menjadi nikmat dalam nikmat
dalam nikmat menjadi nikmat,
adalah syukur dirimu yang sebenarnya dirimu.
maka nikmat di raga
maka nikmat di rasa
maka nikmat di nyawa
maka nikmat di rahsa,
menjadi nikmat dirimu, yang menjadi nikmat
menjadi nikmat yang satu dalam dirimu yang satu,
demikian nikmat yang menjadi dirimu
demikian dirimu yang menjadi nikmat.
Menjadi nikmat
adalah kebersyukuran tanpa tingkatan,
menjadi nikmat
adalah kebersyukuran tanpa kekufuran,
maka tiada nikmat di raga
maka tiada nikmat di rasa
maka tiada nikmat di nyawa
maka tiada nikmat di rahsa,
karena nikmat adalah nikmat
karena nikmat sudah menjadi nikmat,
demikian syukurmu pada dirimu
demikian syukurmu tanpa kekufuran dirimu,
hanya satu syukur
hanya syukur yang satu.





Jumat, 23 Desember 2011

SYAIR TERBANG BURUNG TERBANG SANGKAR

Tidak disangkar, ia dekat
tidak dipelihara, ia datang
demikian burung adanya
yang bebas merdeka,
tanpa harus terkurung dalam keterbatasan
tanpa harus terkurung dalam kebebasan,
karena makna adalah sangkar,
karena wawasan adalah kurungan,
mengapa mesti mengurung diri
mengapa diri mesti terkurung,
bila kebebasan juga kurungan
bila keterbatasan juga kurungan.
Terbang tanpa sayap
hinggap tanpa dahan
bersangkar tanpa kurungan,
demikian burung adanya
yang bebas merdeka,
yang menemukan jalan kebabasannya
yang meraih kemerdekaannya,
karena keterbatasan adalah keterbatasan
karena kebebasan adalah kebebasan,
mengapa diri mesti tergantung pada keterbatasan
mengapa diri mesti mecari jalan kebebasan,
bila kemerdekaan adalah harkat diri
yang sesungguhnya
bila kemerdekaan adalah hak diri
yang mengenal dirinya.
Terbang burung
terbang sangkar,
demikian burung adanya
yang terbang burung, terbang sangkar,
burung dan sangkar terbang bersamanya
sangkar dan burung terbang membawanya,
karena burung adalah ruhani
karena sangkar adalah jasmani,
hidup dalam bersama, kembali dalam bersama
kembali dalam bersama, hidup dalam bersama.










Jumat, 16 Desember 2011

TAUHID

Diamlah
hanya ada satu
bicaralah
hanya ada satu
berbuatlah
hanya ada satu,
hanya aku katamu,
hanya kamu kataku,
aku dan kamu hanya satu.
Diam,bicara,berbuat
adalah rupa-rupa,
rupa-rupa adalah satu,
karena yang satu meliputi yang rupa-rupa
karena yang rupa-rupa diliputi yang satu,
maka hanya satu yang ada
maka yang ada hanya satu.
Aku satumu
kamu satuku,
aku adalah kamu
kamu adalah aku,
hanya satu,
aku sebutan yang satu
kamu sebutan yang satu,
dalam satu sebutan,
sebutan yang satu.
Yang ada tidak diadakan
yang tiada tidak ditiadakan,
yang ada hanya ada
yang ada hanya satu ada,
maka yang ada memang ada
maka yang satu memang satu,
demikian yang satu adalah yang ada
demikian yang ada adalah yang satu.





Sabtu, 10 Desember 2011

HAKIKAT YANG BERSYARIAT

Yang sejati
yang hakiki
adalah yang Satu;
yang berzat
yang bersifat
yang bernama
yang berbuat,
dalam yang satu
pada yang satu,
tiada pilihan
tiada perbedaan
tiada tingkatan,
semua satu
semua berupa-rupa,
maka kehendak adalah Jaiz
maka kenyataan adalah tunggal.
Yang ada
yang nyata,
adalah KehendaKu
adalah kenyataanKu,
kehendakKu adalah hakikatKu
kenyataanKu adalah syariatKU,
maka tiada boleh ada yang mendua
maka tiada boleh ada yang lainnya,
karena hakikatnya adalah Aku jua
karena syariatnya adalah Aku jua,
demikian hakikat yang bersyariat
demikian Aku yang nyata dalam syariat.