Kamis, 28 April 2011

AKU dan KAU

Aku dan Kau,
tak ada sekutu di antara kita,
karena kita cuma satu.
Jangan ada lagi saling pandang
jangan ada lagi saling menyatu
jangan ada lagi saling kenal,
karena kita tak pernah bisa berpisah.
Biarkan aku berkata, Aku kataMu
biarkan aku berkata, Kamu kataku,
karena tak ada lagi dialog di antara kita
yang menunjukkan jarak 
perpisahan ini.
Aku adalah nyatanya Kau,
Kau adalah nyatanya Aku,
tapi aku bukan Kau,
dan Kau bukan Aku.

Rabu, 27 April 2011

YANG TAHU, BUANG TAHU

Yang tahu,
sebenarnya hanya sampai di pintu gerbang ini,
setelah ia tak pernah bisa kembali
ke jalan pendakian yang telah ia lalui,
sebelum tahu mencari tahu.
Meskipun sempurna pengetahuan ini,
perjalanan akan terhenti sampai di sini.
Dalam pendakian ini,
pengetahuan hanya menghantar sampai ke pintu gerbang,
maka buanglah pengetahuanmu,
seperti awal engkau mencari,
karena pengetahuan telah menjadi keyakinan.
Di sini, di pintu gerbang ini
yang tahu menjadi yang tidak tahu,
yang tidak tahu menjadi yang tahu,
karena Yang tahu meliputi yang tidak tahu,
karena yang tidak tahu diliputi yang tahu,
semua menjadi tahu, karena yang tahu adalah yang tahu.
Kesadaran yang tahu,
kesadaran yang yakin,
kesadaran kenal siapa yang tahu,
adalah jubah memasuki pintu gerbang ini,
maka tiada sekutu antara yang ada dan yang tiada.
Leburlah diri dalam peleburan ini,
kekallah diri dalam kekekalan ini.



Selasa, 26 April 2011

Yang Diam dalam Diam

javascript:void(0)
Yang ada hanya hening,
saat diam ini menjadi,
karena diri telah kembali
merasakan tiada yang mati.
Meskipun ada yang tiada ini,
karena yang tiada itulah yang ada.
Apalah arti ada dan tiada,
saat hening pun kembali
menjadi ada,
Karena penyaksian adalah hening itu sendiri.
Dalam diam, yang diam menjadi tiada
dalam hening, yang hening pun tiada.
Yang ada adalah Yang ada,
maka berhentilah berfikir tentang Yang ada,
karena Yang diam dalam diam tiada,
karena Yang hening dalam hening pun tiada.





DIAMLAH

Diamlah,
wahai tubuh yang kasar,
saat kau merasakan tiada,
karena Adam ini hanyalah penanda
dari penampakan yang sebenarnya ada.
Diamlah,
wahai hati yang tenang,
saat kau tergetar dalam gairah zikir ini,
karena yang tunggal akan menzikirkanmu,
saat kau fana,engkaulah yang dizikirkan.
Diamlah,
wahai Nafas yang menghembus
mendalam jadi Tanafas,
merasa jadi Anfas,
menghening jadi Nufus,
karena nyawa hanyalah perantara di sini,
karena ruh dan badan masih ada.
Diamlah, saat rahasia menyatakan diriNya,
inilah diam yang sesungguhnya.






TUHAN, SEBELUM ADA YANG MENYEBUT TUHAN

Aku ingin dikenal, kata-Mu
kujadikan segala yang ada di Semesta ini,
agar mereka kenal denganKu.
Melalui penampakan diriKu,
mereka menyusuri jalan pencerahannya
kembali ke asal-mula,
telah kubuatkan skenario yang abadi
dalam pendakian ini.
Akulah, Tuhan
sebelum ada yang menyebut Tuhan,
dalam perbendaharaan ini,
Akulah yang tunggal.
Aku yang dikenal dan Aku yang mengenal,
dalam permainan ini,
yang ada hanya satu jua,
karena setiap peran adalah pemain dan pelaku yang sama.
Karena Aku ingin dikenal, kata-Mu.

Senin, 25 April 2011

YANG BERNAMA RAHASIA

Ketika Aku menjadikan "aku",
tak ada sekutu yang kutahu.
Nanti juga engkau tahu,
bahwa engkau adalah Aku.
Biarlah ini menjadi rahasiaKu,
biarlah ini menjadi rahasiamu.
Memandang dengan wahdatul syuhud,
menyatu dengan wahdatul wujud,
adalah Aku jua.
Aku yang memuji zat-Ku dengan Asma-Ku,
Aku yang memuji Sifat-Ku dengan Perbuatan-Ku, 
inilah Aku yang bernama rahasia.

Tegak Lurus denganKu

Aku yang bertegak-lurus
dengan yang satu,
seperti bayangan dengan pemilikNya,
meskipun ada sebenarnya tiada,
meskipun tiada sebenarnya ada,
karena aku bayangan ini
adalah pemilik bayangan ini
atau aku pemilik bayangan ini
adalah aku bayangan ini.
Mengapa aku mesti bertanya 
dalam peran ini,
kalau aku adalah pelakunya sendiri.
Berjalanlah sesukamu, berdiamlah sesukamu,
inilah perjalanan kejujuran
yang tegak lurus denganKu.