Mengapa aku mengatakan dua, jika aku sebenarnya satu. Mengapa aku mengatakan satu, jika aku nyatanya dua. Itulah aku yang bathin itulah aku yang zhohir. Allah wujudku Muhammad namaku, maka nyatalah aku dalam kejadian. Allah zatku Muhammmad ruhku, maka menjadilah aku dalam tubuh adam. Allah adanya aku Muhammad nyatanya aku, maka wujud,ilmu,nur,syuhud-lah aku dalam diri yang tajally. Allah-ku Muhammad-ku dalam ketunggalan dalam kesatuan, yang hakiki yang abadi. Dalam kehakikian dalam keabadian, yang ada, hanya yang tunggal yang ada, hanya yang esa, maka kusaksikan Zat-Mu maka kusaksikan Asma-Mu maka kusaksikan Sifat-Mu maka kusaksika Afal-Mu, dalam Nur Muhammad dalam diri Muhammad. Itulah Aku yang bathin, itulah Aku yang Zohir.
Seperti bayi tapi bukan bayi, ia jernih dari kejernihan ia bening dari kebeningan ia murni dari kemurnian, karena dia adalah diri yang sebenarnya diri karena dia adalah ruh yang quddus, yang tersembunyi dalam tubuhnya diri yang terahasia dalam namanya Sirr, maka dia bernama thiflu ma'any maka dia bernama Nur Muhammad. Seperti mendua tapi bukan mendua, ia satu jua asalnya ia tubuh dan jasad yang satu, karena zohir dan bathin berasal dari Nur Muhammmad karena Nur Muhammad berasal dari Nur Zat Allah, maka ia ada yang nyata maka ia ada yang ghaib. Seperti bersama tapi bukan bersama, ia berupa dari rupa yang sama ia wujud dari wujud yang sama, karena dia bernama diri karena dia tajjali diri, dalam wajah yang satu dalam bentuk yang satu, diri sendiri, diri yang berdiri diri yang terdiri diri yang terperi diri yang tajjali.
Diamlah yang pendiam, geraklah yang bergerak, karena diammu karena gerakmu adalah diammu adalah gerakmu. seperti bening air seperti aliran sungai, hanya kejernihan hanya keikhlasan yang menyatu di lautan yang menyampai di Samudera. Diamlah yang pendiam geraklah yang bergerak. karena geloramu dalam diammu karena gemuruhmu dalam gerakmu adalah gelora bathinmu adalah gemuruh zohirmu, seperti sepoian angin seperti desiran badai, hanya keberadaan hanya ketiadaan yang menyatakan aku ada yang menyatakan Dia ada. Diamlah yang pendiam geraklah yang bergerak, karena keakraban didalam diammu karena keriuhan didalam gerakmu, adalah makna diammu adalah gairah gerakmu, seperti api dengan panasnya seperti bara dengan asapnya, hanya kefanaan hanya kebaqoan yang mengata esa yang mengaku satu. Diamlah yang pendiam geraklah yang bergerak, karena keteguhan dalam diammu karena ketegaran dalam gerakmu adalah tegak diammu adalah tulus gerakmu, seperti tanah dengan kesuburannya seperti pasir dengan butirannya, hanya pendakian illahiyah hanya gelombang nafsiyah yang menyadarkanmu yang menenggelamkanmu dalam sejatinya diri dalam lautannya Dia.
Aku segala yang ada Dia segala yang ada Aku adalah Dia Dia adalah Aku, maka segalaNya yang ada, lalu aku berbuat atas segalaNya lalu Dia berbuat atas SegalaNya, maka Aku dan Dia SegalaNya, jadilah ada segala yang ada jadilah gaib segala yang gaib, menjadi nyata menjadi rasa, karenaNya, nyatalah Asma wa Sifat karenaNya, terasalah Asma wa Sifat, seperti menyatuNya; dalam perumpamaan hidangan,menyantap, dan kenikmatan. seperti manunggalNya; dalam perumpamaan pena,menulis,dan buku, maka ada Asma wa Sifat dalam kesatuan ini, maka ada Asma wa Sifat dalam kemanunggalan ini. Akulah Zat, kata Dia Akulah Afal, kata Dia Akulah Asma wa Sifat, kata Dia SemuaNya Aku, kata Dia SemuaNya Dia, kata Aku. Maka satulah semuaNya, maka tunggallah semuaNya, dalam zohirNya dalam batinNya dalam AwalNya dalan AkhirNya.
Akulah gerak yang bergerak diam yang diam seperti angin meniup dedaunan seperti air mengaliri sungai sesungguhnya Aku sejatinya Aku gerak dan diam. Akulah menghidupi yang hidup meliputi yang diliputi menghendaki yang dikehendaki menguasai yang dikuasai mendengarkan yang didengar memperlihatkan yang dilihat mengucapkan yang diucap, seperti laut dengan gelombangnya seperti matahari dengan sinarnya, segalanya Aku semuanya Aku, ada dan tiada. Akulah menerangi yang terang menggelapi yang gelap menzohiri yang zohir menggaibi yang gaib, seperti pelita dengan cahayanya seperti api dengan asapnya, af'alnya Aku Jaiznya Aku, Zohir dan bathin. Akulah penggeraknya Akulah pelakunya, karena Aku Uluhiyyahnya karena Aku Af'aliyyahnya, maka Aku sejatiNya maka Aku SegalaNya dalam keriuhan dalam kesunyian; gerak dan diam.
Rabb yang Awal Rabb yang Akhir Rabb yang Bathin Rabb yang Zohir, segalanya adalah Dia Dia adalah Segalanya, maka tiada kata "maka" maka tiada kata "karena" dalam ketakberhinggaan ini dalam ketakterbatasan ini, karena semua kata kelu karena semua kata tak mampu menyebut Dia menyebut Zat-Nya. Rabb yang tak berupa Rabb yang berupa-rupa Rabb yang wujud Rabb yang gaib, Dia adanya Dia seutuhnya, maka tiada yang serupa dengan Dia maka tiada yang setara dengan Dia, dalam keagungan-Nya dalam keesaan-Nya, karena semua keberadaan adalah Dia karena semua ketiadaan adalah Dia, menyebut Aku menyebut Satu. Rabb yang Ahad Rabb yang Esa Rabb yang Tunggal Rabb yang Satu, Aku adalah Dia Dia adalah Aku, maka Aku kenal Dia maka Dia kenal Aku, dalam kemakrifatan ini dalam kemanunggalan ini, karena aku kenal Rabb-ku dengan Rabb-ku, karena aku kenal Dia dengan Dia, menyebut Dia menyebut Aku.
Saat engkau merasa kuat perkasa, maka berapilah dirimu, membakar semangatmu membakar hawa-nafsumu membakar angkara murkamu, menjadi liar menjadi sangar menjadi gemetar, karena berapi dirimu seperti api karena dirimu seperti api berapi. Saat engkau merasa lemah tak berdaya, maka padamlah api dirimu, padamlah semangatmu padamlah hawa-nafsumu padamlah angkara murkamu, menjadi lesu menjadi kelu menjadi ragu, karena dirimu padam tak berapi karena tak berapi padamlah dirimu. Seperti air seperti tanah seperti angin, api hanyalah anasir yang menyatu dari sumber yang satu, maka bersatulah ia maka satulah ia karena sejatinya satu karena adanya satu, satu awal satu asal satu akhir satu anasir. Berapilah saat dirimu berapi padamlah saat dirimu tak berapi, karena api adanya karena api seutuhnya, maka berapinya api maka padamnya api, hanyalah nyala engkau lihat, hanyalah bara engkau lihat, meskipun sesungguhnya api tak menyala meskipun hakikatnya api tak membara, karena api adalah dirimu karena dirimu adalah api, maka padam-berapi dirimu maka dirimu pun padam-berapi. Demikian diri yang berapi demikian api yang berdiri, satu jua adanya tunggal jua adanya.