Akulah
gerak yang bergerak
diam yang diam
seperti angin meniup dedaunan
seperti air mengaliri sungai
sesungguhnya Aku
sejatinya Aku
gerak dan diam.
Akulah
menghidupi yang hidup
meliputi yang diliputi
menghendaki yang dikehendaki
menguasai yang dikuasai
mendengarkan yang didengar
memperlihatkan yang dilihat
mengucapkan yang diucap,
seperti laut dengan gelombangnya
seperti matahari dengan sinarnya,
segalanya Aku
semuanya Aku,
ada dan tiada.
Akulah
menerangi yang terang
menggelapi yang gelap
menzohiri yang zohir
menggaibi yang gaib,
seperti pelita dengan cahayanya
seperti api dengan asapnya,
af'alnya Aku
Jaiznya Aku,
Zohir dan bathin.
Akulah penggeraknya
Akulah pelakunya,
karena Aku Uluhiyyahnya
karena Aku Af'aliyyahnya,
maka Aku sejatiNya
maka Aku SegalaNya
dalam keriuhan
dalam kesunyian;
gerak dan diam.
Rabb yang Awal
Rabb yang Akhir
Rabb yang Bathin
Rabb yang Zohir,
segalanya adalah Dia
Dia adalah Segalanya,
maka tiada kata "maka"
maka tiada kata "karena"
dalam ketakberhinggaan ini
dalam ketakterbatasan ini,
karena semua kata kelu
karena semua kata tak mampu
menyebut Dia
menyebut Zat-Nya.
Rabb yang tak berupa
Rabb yang berupa-rupa
Rabb yang wujud
Rabb yang gaib,
Dia adanya
Dia seutuhnya,
maka tiada yang serupa dengan Dia
maka tiada yang setara dengan Dia,
dalam keagungan-Nya
dalam keesaan-Nya,
karena semua keberadaan adalah Dia
karena semua ketiadaan adalah Dia,
menyebut Aku
menyebut Satu.
Rabb yang Ahad
Rabb yang Esa
Rabb yang Tunggal
Rabb yang Satu,
Aku adalah Dia
Dia adalah Aku,
maka Aku kenal Dia
maka Dia kenal Aku,
dalam kemakrifatan ini
dalam kemanunggalan ini,
karena aku kenal Rabb-ku dengan Rabb-ku,
karena aku kenal Dia dengan Dia,
menyebut Dia
menyebut Aku.
Saat engkau merasa kuat perkasa,
maka berapilah dirimu,
membakar semangatmu
membakar hawa-nafsumu
membakar angkara murkamu,
menjadi liar
menjadi sangar
menjadi gemetar,
karena berapi dirimu seperti api
karena dirimu seperti api berapi.
Saat engkau merasa lemah tak berdaya,
maka padamlah api dirimu,
padamlah semangatmu
padamlah hawa-nafsumu
padamlah angkara murkamu,
menjadi lesu
menjadi kelu
menjadi ragu,
karena dirimu padam tak berapi
karena tak berapi padamlah dirimu.
Seperti air
seperti tanah
seperti angin,
api hanyalah anasir
yang menyatu
dari sumber yang satu,
maka bersatulah ia
maka satulah ia
karena sejatinya satu
karena adanya satu,
satu awal
satu asal
satu akhir
satu anasir.
Berapilah saat dirimu berapi
padamlah saat dirimu tak berapi,
karena api adanya
karena api seutuhnya,
maka berapinya api
maka padamnya api,
hanyalah nyala engkau lihat,
hanyalah bara engkau lihat,
meskipun sesungguhnya api tak menyala
meskipun hakikatnya api tak membara,
karena api adalah dirimu
karena dirimu adalah api,
maka padam-berapi dirimu
maka dirimu pun padam-berapi.
Demikian diri yang berapi
demikian api yang berdiri,
satu jua adanya
tunggal jua adanya.
Saat Adam memandang syahadat,
maka syahadatlah ia;
dengan kalimat La ilaha illa Allah,
Muhammad Rasulullah,
maka heninglah ia,
dalam Shurah al-Rahman
menjadi abul jasad
segalanya yang berjasad,
menjadi abul basyar
segalanya yang berakal.
Saat Tuhan berkata :
karena engkau Muhammad, segalanya Aku jadikan,
maka Muhammad pun bersabda:
Mukmin itu dari Aku, dan Aku dari Allah.
jadilah Muhammad Abul-Arwah,
bapak segalanya yang bernyawa,
maka bersyahadatlah Adam kepadanya,
syahadat tubuh kepada ruhnya.
Sempurnalah tubuh Adam
sempurnalah ruh Muhammad
satu tubuh
satu ruh
dalam kesempurnaanNYa yang sejati
dalam kesatuanNya yang murni,
maka lahirlah Adam
maka lahirlah Muhammad.
Akulah Adam,
jasad yang tenggelam
dalam misteri rahasiaNya,
maka akulah shurah al-rahman :
Aku rahasia Dia
Dia rahasia Aku,
jadilah tubuh
jadilah qolbu
jadilah ruh
jadilah sirr,
yang sunyi, yang ramai
dalam gerak dan diam.
Akulah Adam,
yang cerdas mengetahui Asma
yang mahir mengelola Af"al
yang pandai memahami Sifat
yang bijak mengenal ZatNya,
maka akulah "Ahsani Taqwim":
Adam yang sempurna
dalam rahasiaNya.
Akulah Adam,
yang tunggal
yang manunggal
dengan Hawa,
dalam perjalanan ini.
dalam kesatuan ini,
Adam dan Hawa,
Aku dan Dia,
asal tunggal
kembali tunggal,
dalam fitrah
dalam makrifah.
k
Kadang ada
kadang tiada
itulah angin,
seperti nafas pada diri.
Dialah Angin,
Dirilah angin,
seperti menyatu,
tapi sebenarnya satu,
karena ada dan tiada,
dialah angin
karena ada dan tiada,
dirilah angin.
Dia adalah satu
diri adalah satu,
maka ada dan tiada
adalah satu,
maka dia dan diri
adalah satu,
karena ada dan tiada hanyalah satu,
karena dia dan diri hanyalah satu.
Ada angin
tiada angin,
dialah angin
dialah diri,
yang satu
tanpa menyatu,
yang tunggal
tanpa manunggal.
Itulah Angin,
yang ada dan yang tiada.
Manunggal itu,
sejatinya dirimu,
maka matilah yang sebenarnya
dirimu,
maka hiduplah yang sebenarnya
yang Hidup,
karena yang hidup adalah yang hidup,
karena yang mati adalah yang mati,
matilah dirimu yang mati
hiduplah dirimu yang hidup.
Tunggal itu,
sejatinya yang ada,
maka yang tunggal sebenarnya yang ada,
maka yang ada sebenarnya yang tunggal,
karena yang ada adalah yang tunggal,
karena yang tunggal adalah yang ada,
tunggallah yang ada,
adalah yang tunggal.
Yang hidup, yang Tunggal
Yang Tunggal, yang Ada,
maka semuanya yang Ada,
maka semuanya yang Hidup,
dalam ketunggalan,
dalam keadaan.
Dirimu yang hidup
dirimu yang mati,
karena dimatikan dirimu yang mati
karena dihidupkan dirimu yang hidup,
itulah mati sebelum mati,
itulah hidup sebelum hidup.