Apalah arti
sosok Ulat yang melata
tanpa tahu hakikat maknanya?
maka iapun berproses dalam Sami'na wa Atho'na
menjadi kepompong,
karena ia tahu asal kejadiannya
karena ia tahu kemerdekaan tujuannya,
maka jadilah ia Kupu-Kupu
atas kehendak Rabb-nya.
Beginilah Kupu-Kupu
setelah mengepompongkan dirinya;
indahlah hidupnya
kekallah jalannya,
terbang bebaslah ia,
mengepak keindahan sayapnya
mengisap sari kehidupannya.
dalam ke-Maha Esa-an Rubbubiyah
dalam kemaujudan Uluhiyyah
dalam kesemestaan rahmat Asma wa Sifat-Nya,
maka nyatalah ia dalam keakbaran-Nya
maka gaiblah ia dalam keagungan-Nya.
Seperti Ulat
seperti Kepompong
seperti Kupu-Kupu,
terimalah dirimu menjadi dirimu
dalam kesadaran
dalam kesejatian
yang Tunggal.
Diam-mu
dalam kesabaran
tak terdengar langkahmu
saat bergerak menerkam mangsa,
maka berbaringlah tubuhmu
dalam jenaka
dalam kesunyian,
menghiasi hari-harimu
bersamadi kehidupan.
Gerak-mu
dalam kelembutan
meninggalkan sunyi langkah-langkahmu
kadang sekejap cepat melintas
kadang lembut perlahan
maka berlarilah tubuhmu
melintasi ruang dan waktu
menawarkan keanggunan
menyanyikan kebebasan.
Jatuh-mu
dalam ketinggian
hanya suara mengeongmu yang terdengar
sementara tubuhmu lentur
dalam kemauanmu,
maka bangkitlah tubuh yang kembali
menapaki segala yang ada
menjalani langkahnya yang nyata,
seperti pada awalnya
seperti pada akhirnya.
Terkam-mu
dalam kecepatan
adalah keunggulanmu
keluwesanmu
dalam kehati-hatian
adalah kelembutanmu,
maka berdirilah dirimu
seperti Alif
mengurai huruf-huruf yang lain
seperti titik
yang mengawali segala kejadian.
Sempurna-mu,
sebagai kucing, menjadi kucing
dalam kehidupan
dalam keilmuan,
maka jadilah kucing
dalam kesempurnaanmu
dalam amtsal-mu.
Menyelamlah di samudera
seperti ikan menenggelamkan dirinya,
berenanglah digelombag lautan
seperti ikan menarikan dirinya,
bagaikan samudera tak menyentuh ikan
dan ikan tak menyentuh samudera,
bagaikan lautan tak mengusik ikan
dan ikan tak mengusik lautan,
karena ikan mengenali samudera
dan samudera mengenali ikan,
karena lautan seperti menggerakan ikan
dan ikan seperti menggerakan lautan,
dalam keheningan samudera
dalam gelombang lautan,
ikan menyatu dengan samudera
ikan menyatu dengan lautan,
maka hiduplah ia
maka bebaslah ia
di keluasan samudera
di kedalaman lautan.
Hiduplah ikan
karena ia, ikan dalam samudera
karena ia, ikan dalam riak lautan,
ikanlah aku, akulah ikan
dalam samudera
dalam lautan.
Sejatinya aku samudera
sejatinya aku lautan,
saat ikan hening dalam kedalaman samudera
saat ikan bergerak dalam gelombang lautan,
karena ikan tanpa samudera
karena ikan tanpa lautan,
maka tiadalah aku, kata ikan
maka matilah aku, kata ikan,
karena sejatinya aku ikan
karena samudera tanpa ikan
karena lautan tanpa ikan,
maka aku bukanlah samudera, kata samudera
maka aku bukanlah lautan, kata lautan,
jadilah aku samudera dengan ikan
jadilah aku lautan dengan ikan,
maka bebaslah ikan di samudera
maka merdekalah ikan di lautan.
Mengapa aku mengatakan dua,
jika aku sebenarnya satu.
Mengapa aku mengatakan satu,
jika aku nyatanya dua.
Itulah aku yang bathin
itulah aku yang zhohir.
Allah wujudku
Muhammad namaku,
maka nyatalah aku
dalam kejadian.
Allah zatku
Muhammmad ruhku,
maka menjadilah aku
dalam tubuh adam.
Allah adanya aku
Muhammad nyatanya aku,
maka wujud,ilmu,nur,syuhud-lah aku
dalam diri yang tajally.
Allah-ku
Muhammad-ku
dalam ketunggalan
dalam kesatuan,
yang hakiki
yang abadi.
Dalam kehakikian
dalam keabadian,
yang ada, hanya yang tunggal
yang ada, hanya yang esa,
maka kusaksikan Zat-Mu
maka kusaksikan Asma-Mu
maka kusaksikan Sifat-Mu
maka kusaksika Afal-Mu,
dalam Nur Muhammad
dalam diri Muhammad.
Itulah Aku yang bathin,
itulah Aku yang Zohir.
Seperti bayi tapi bukan bayi,
ia jernih dari kejernihan
ia bening dari kebeningan
ia murni dari kemurnian,
karena dia adalah diri yang sebenarnya diri
karena dia adalah ruh yang quddus,
yang tersembunyi dalam tubuhnya diri
yang terahasia dalam namanya Sirr,
maka dia bernama thiflu ma'any
maka dia bernama Nur Muhammad.
Seperti mendua tapi bukan mendua,
ia satu jua asalnya
ia tubuh dan jasad yang satu,
karena zohir dan bathin berasal dari Nur Muhammmad
karena Nur Muhammad berasal dari Nur Zat Allah,
maka ia ada yang nyata
maka ia ada yang ghaib.
Seperti bersama tapi bukan bersama,
ia berupa dari rupa yang sama
ia wujud dari wujud yang sama,
karena dia bernama diri
karena dia tajjali diri,
dalam wajah yang satu
dalam bentuk yang satu,
diri sendiri,
diri yang berdiri
diri yang terdiri
diri yang terperi
diri yang tajjali.
Diamlah
yang pendiam,
geraklah
yang bergerak,
karena diammu
karena gerakmu
adalah diammu
adalah gerakmu.
seperti bening air
seperti aliran sungai,
hanya kejernihan
hanya keikhlasan
yang menyatu di lautan
yang menyampai di Samudera.
Diamlah
yang pendiam
geraklah
yang bergerak.
karena geloramu dalam diammu
karena gemuruhmu dalam gerakmu
adalah gelora bathinmu
adalah gemuruh zohirmu,
seperti sepoian angin
seperti desiran badai,
hanya keberadaan
hanya ketiadaan
yang menyatakan aku ada
yang menyatakan Dia ada.
Diamlah
yang pendiam
geraklah
yang bergerak,
karena keakraban didalam diammu
karena keriuhan didalam gerakmu,
adalah makna diammu
adalah gairah gerakmu,
seperti api dengan panasnya
seperti bara dengan asapnya,
hanya kefanaan
hanya kebaqoan
yang mengata esa
yang mengaku satu.
Diamlah
yang pendiam
geraklah
yang bergerak,
karena keteguhan dalam diammu
karena ketegaran dalam gerakmu
adalah tegak diammu
adalah tulus gerakmu,
seperti tanah dengan kesuburannya
seperti pasir dengan butirannya,
hanya pendakian illahiyah
hanya gelombang nafsiyah
yang menyadarkanmu
yang menenggelamkanmu
dalam sejatinya diri
dalam lautannya Dia.
Aku segala yang ada
Dia segala yang ada
Aku adalah Dia
Dia adalah Aku,
maka segalaNya yang ada,
lalu aku berbuat atas segalaNya
lalu Dia berbuat atas SegalaNya,
maka Aku dan Dia SegalaNya,
jadilah ada segala yang ada
jadilah gaib segala yang gaib,
menjadi nyata
menjadi rasa,
karenaNya, nyatalah Asma wa Sifat
karenaNya, terasalah Asma wa Sifat,
seperti menyatuNya;
dalam perumpamaan hidangan,menyantap, dan kenikmatan.
seperti manunggalNya;
dalam perumpamaan pena,menulis,dan buku,
maka ada Asma wa Sifat
dalam kesatuan ini,
maka ada Asma wa Sifat
dalam kemanunggalan ini.
Akulah Zat, kata Dia
Akulah Afal, kata Dia
Akulah Asma wa Sifat, kata Dia
SemuaNya Aku, kata Dia
SemuaNya Dia, kata Aku.
Maka satulah semuaNya,
maka tunggallah semuaNya,
dalam zohirNya
dalam batinNya
dalam AwalNya
dalan AkhirNya.