Rabb yang Awal Rabb yang Akhir Rabb yang Bathin Rabb yang Zohir, segalanya adalah Dia Dia adalah Segalanya, maka tiada kata "maka" maka tiada kata "karena" dalam ketakberhinggaan ini dalam ketakterbatasan ini, karena semua kata kelu karena semua kata tak mampu menyebut Dia menyebut Zat-Nya. Rabb yang tak berupa Rabb yang berupa-rupa Rabb yang wujud Rabb yang gaib, Dia adanya Dia seutuhnya, maka tiada yang serupa dengan Dia maka tiada yang setara dengan Dia, dalam keagungan-Nya dalam keesaan-Nya, karena semua keberadaan adalah Dia karena semua ketiadaan adalah Dia, menyebut Aku menyebut Satu. Rabb yang Ahad Rabb yang Esa Rabb yang Tunggal Rabb yang Satu, Aku adalah Dia Dia adalah Aku, maka Aku kenal Dia maka Dia kenal Aku, dalam kemakrifatan ini dalam kemanunggalan ini, karena aku kenal Rabb-ku dengan Rabb-ku, karena aku kenal Dia dengan Dia, menyebut Dia menyebut Aku.
Saat engkau merasa kuat perkasa, maka berapilah dirimu, membakar semangatmu membakar hawa-nafsumu membakar angkara murkamu, menjadi liar menjadi sangar menjadi gemetar, karena berapi dirimu seperti api karena dirimu seperti api berapi. Saat engkau merasa lemah tak berdaya, maka padamlah api dirimu, padamlah semangatmu padamlah hawa-nafsumu padamlah angkara murkamu, menjadi lesu menjadi kelu menjadi ragu, karena dirimu padam tak berapi karena tak berapi padamlah dirimu. Seperti air seperti tanah seperti angin, api hanyalah anasir yang menyatu dari sumber yang satu, maka bersatulah ia maka satulah ia karena sejatinya satu karena adanya satu, satu awal satu asal satu akhir satu anasir. Berapilah saat dirimu berapi padamlah saat dirimu tak berapi, karena api adanya karena api seutuhnya, maka berapinya api maka padamnya api, hanyalah nyala engkau lihat, hanyalah bara engkau lihat, meskipun sesungguhnya api tak menyala meskipun hakikatnya api tak membara, karena api adalah dirimu karena dirimu adalah api, maka padam-berapi dirimu maka dirimu pun padam-berapi. Demikian diri yang berapi demikian api yang berdiri, satu jua adanya tunggal jua adanya.
Saat Adam memandang syahadat, maka syahadatlah ia; dengan kalimat La ilaha illa Allah, Muhammad Rasulullah, maka heninglah ia, dalam Shurah al-Rahman menjadi abul jasad segalanya yang berjasad, menjadi abul basyar segalanya yang berakal. Saat Tuhan berkata : karena engkau Muhammad, segalanya Aku jadikan, maka Muhammad pun bersabda: Mukmin itu dari Aku, dan Aku dari Allah. jadilah Muhammad Abul-Arwah, bapak segalanya yang bernyawa, maka bersyahadatlah Adam kepadanya, syahadat tubuh kepada ruhnya. Sempurnalah tubuh Adam sempurnalah ruh Muhammad satu tubuh satu ruh dalam kesempurnaanNYa yang sejati dalam kesatuanNya yang murni, maka lahirlah Adam maka lahirlah Muhammad.
Akulah Adam, jasad yang tenggelam dalam misteri rahasiaNya, maka akulah shurah al-rahman : Aku rahasia Dia Dia rahasia Aku, jadilah tubuh jadilah qolbu jadilah ruh jadilah sirr, yang sunyi, yang ramai dalam gerak dan diam. Akulah Adam, yang cerdas mengetahui Asma yang mahir mengelola Af"al yang pandai memahami Sifat yang bijak mengenal ZatNya, maka akulah "Ahsani Taqwim": Adam yang sempurna dalam rahasiaNya. Akulah Adam, yang tunggal yang manunggal dengan Hawa, dalam perjalanan ini. dalam kesatuan ini, Adam dan Hawa, Aku dan Dia, asal tunggal kembali tunggal, dalam fitrah dalam makrifah.
Kadang ada kadang tiada itulah angin, seperti nafas pada diri. Dialah Angin, Dirilah angin, seperti menyatu, tapi sebenarnya satu, karena ada dan tiada, dialah angin karena ada dan tiada, dirilah angin. Dia adalah satu diri adalah satu, maka ada dan tiada adalah satu, maka dia dan diri adalah satu, karena ada dan tiada hanyalah satu, karena dia dan diri hanyalah satu. Ada angin tiada angin, dialah angin dialah diri, yang satu tanpa menyatu, yang tunggal tanpa manunggal. Itulah Angin, yang ada dan yang tiada.
Manunggal itu, sejatinya dirimu, maka matilah yang sebenarnya dirimu, maka hiduplah yang sebenarnya yang Hidup, karena yang hidup adalah yang hidup, karena yang mati adalah yang mati, matilah dirimu yang mati hiduplah dirimu yang hidup. Tunggal itu, sejatinya yang ada, maka yang tunggal sebenarnya yang ada, maka yang ada sebenarnya yang tunggal, karena yang ada adalah yang tunggal, karena yang tunggal adalah yang ada, tunggallah yang ada, adalah yang tunggal. Yang hidup, yang Tunggal Yang Tunggal, yang Ada, maka semuanya yang Ada, maka semuanya yang Hidup, dalam ketunggalan, dalam keadaan. Dirimu yang hidup dirimu yang mati, karena dimatikan dirimu yang mati karena dihidupkan dirimu yang hidup, itulah mati sebelum mati, itulah hidup sebelum hidup.
Tanah, adalah anasir yang satu yang menjadi tubuh menjadi diri yang berdiri, menjadi diri yang terdiri, maka nyatalah diri, maka nyatalah rupa sendiri. Demikian tanah menjadi satu dalam anasir yang satu, yang tumbuh yang berkembang yang tegak, menjadi tubuh yang berdiri menjadi rupa yang sendiri. Dialah daging dialah kulit dialah tulang, menjadi struktur yang berdiri menjadi diri yang sendiri, maka jadilah Adam shurah-Ku sendiri maka jadilah Adam Abul-Basyar tubuh ini. Demikian tanah kembali ke tanah, demikian anasir kembali ke anasir, karena tanah adalah anasir karena anasir adalah tanah, maka jadilah tanah menjadi anasir, maka jadilah anasir menjadi tanah, itulah makna kembali itulah makna sejati. Demikian tanah yang satu, menjadi anasir yang satu, dalam tubuh yang satu dalam rupa yang satu, maka satulah ia, maka tunggallah ia, menjadi yang satu menjadi yang tunggal.