Nikmat di raga nikmat di rasa nikmat di nyawa nikmat di rahsa, kesadaran dalam kenikmatan adalah kebersyukuran pengingakaran dalam kenikmatan adalah kekufuran, ketika engkau berhenti dalam tingkatan kenikmatan, engkau masih menyisakan kebersyukuran, ketika engkau berhenti dalam tingkatan kebersyukuran, engkau masih menyisakan kekufuran, maka jadilah nikmat, yang tak menyisakan kebersyukuran maka jadilah nikmat, yang tak menyisakan kekufuran. Menjadi nikmat dalam nikmat dalam nikmat menjadi nikmat, adalah syukur dirimu yang sebenarnya dirimu. maka nikmat di raga maka nikmat di rasa maka nikmat di nyawa maka nikmat di rahsa, menjadi nikmat dirimu, yang menjadi nikmat menjadi nikmat yang satu dalam dirimu yang satu, demikian nikmat yang menjadi dirimu demikian dirimu yang menjadi nikmat. Menjadi nikmat adalah kebersyukuran tanpa tingkatan, menjadi nikmat adalah kebersyukuran tanpa kekufuran, maka tiada nikmat di raga maka tiada nikmat di rasa maka tiada nikmat di nyawa maka tiada nikmat di rahsa, karena nikmat adalah nikmat karena nikmat sudah menjadi nikmat, demikian syukurmu pada dirimu demikian syukurmu tanpa kekufuran dirimu, hanya satu syukur hanya syukur yang satu.
Tidak disangkar, ia dekat tidak dipelihara, ia datang demikian burung adanya yang bebas merdeka, tanpa harus terkurung dalam keterbatasan tanpa harus terkurung dalam kebebasan, karena makna adalah sangkar, karena wawasan adalah kurungan, mengapa mesti mengurung diri mengapa diri mesti terkurung, bila kebebasan juga kurungan bila keterbatasan juga kurungan. Terbang tanpa sayap hinggap tanpa dahan bersangkar tanpa kurungan, demikian burung adanya yang bebas merdeka, yang menemukan jalan kebabasannya yang meraih kemerdekaannya, karena keterbatasan adalah keterbatasan karena kebebasan adalah kebebasan, mengapa diri mesti tergantung pada keterbatasan mengapa diri mesti mecari jalan kebebasan, bila kemerdekaan adalah harkat diri yang sesungguhnya bila kemerdekaan adalah hak diri yang mengenal dirinya. Terbang burung terbang sangkar, demikian burung adanya yang terbang burung, terbang sangkar, burung dan sangkar terbang bersamanya sangkar dan burung terbang membawanya, karena burung adalah ruhani karena sangkar adalah jasmani, hidup dalam bersama, kembali dalam bersama kembali dalam bersama, hidup dalam bersama.
Diamlah hanya ada satu bicaralah hanya ada satu berbuatlah hanya ada satu, hanya aku katamu, hanya kamu kataku, aku dan kamu hanya satu. Diam,bicara,berbuat adalah rupa-rupa, rupa-rupa adalah satu, karena yang satu meliputi yang rupa-rupa karena yang rupa-rupa diliputi yang satu, maka hanya satu yang ada maka yang ada hanya satu. Aku satumu kamu satuku, aku adalah kamu kamu adalah aku, hanya satu, aku sebutan yang satu kamu sebutan yang satu, dalam satu sebutan, sebutan yang satu. Yang ada tidak diadakan yang tiada tidak ditiadakan, yang ada hanya ada yang ada hanya satu ada, maka yang ada memang ada maka yang satu memang satu, demikian yang satu adalah yang ada demikian yang ada adalah yang satu.
Yang sejati yang hakiki adalah yang Satu; yang berzat yang bersifat yang bernama yang berbuat, dalam yang satu pada yang satu, tiada pilihan tiada perbedaan tiada tingkatan, semua satu semua berupa-rupa, maka kehendak adalah Jaiz maka kenyataan adalah tunggal. Yang ada yang nyata, adalah KehendaKu adalah kenyataanKu, kehendakKu adalah hakikatKu kenyataanKu adalah syariatKU, maka tiada boleh ada yang mendua maka tiada boleh ada yang lainnya, karena hakikatnya adalah Aku jua karena syariatnya adalah Aku jua, demikian hakikat yang bersyariat demikian Aku yang nyata dalam syariat.