Kalam-Mu kalam KUN kalam PAYAKUN, maka jadilah maka terjadilah semuanya segalanya yang nyata yang gaib, karena engkau ingin dikenal oleh yang dikenal-Mu oleh yang mengenal-Mu; sejatinya engkau sebenarnya engkau, sendiri dan seperti sendiri, dalam luasnya diri dalam akbarnya sendiri, itulah aku itulah engkau yang satu yang menyatu dalam diri dalam semesta sendiri. KUN diri PAYAKUN sendiri, maka jadilah maka terjadilah alam ini alam diri, seperti menjadi-jadi seperti berupa-rupa, sejatinya sendiri sebenarnya diri dalam Kalam dalam KUN dalam PAYAKUN.
Batang serumpun serumpun batang tanpa ikatan tapi menyatu dalam gerak dalam diam, maka bambulah ia maka ialah bambu dalam simbol dalam nyata sebagai yang satu sebagai yang tunggal. Maka kitalah bambu maka bambulah kita dalam ikatan dalam aqidah yang sebenar-benarnya yang senyata-nyatanya, seperti batang serumpun seperti serumpun batang yang lentur yang luwes dalam harmoni dalam kesatuan. Seperti rebung pada awalnya seperti batang pada akhirnya, tumbuh terpisah-pisah hidup sendiri-sendiri dalam rumpun yang satu dalam satu yang serumpun, maka jadilah ia batang serumpun maka jadilah ia serumpun batang dalam lahir dalam batin, sebagai bambu sebatang sebagai bambu serumpun. Demikian diri terperi demikian diri tajalli, seperti pandang yang satu pada yang banyak seperti pandang yang banyak pada yang satu, bambulah ia bambulah kita.
Apalah arti sosok Ulat yang melata tanpa tahu hakikat maknanya? maka iapun berproses dalam Sami'na wa Atho'na menjadi kepompong, karena ia tahu asal kejadiannya karena ia tahu kemerdekaan tujuannya, maka jadilah ia Kupu-Kupu atas kehendak Rabb-nya. Beginilah Kupu-Kupu setelah mengepompongkan dirinya; indahlah hidupnya kekallah jalannya, terbang bebaslah ia, mengepak keindahan sayapnya mengisap sari kehidupannya. dalam ke-Maha Esa-an Rubbubiyah dalam kemaujudan Uluhiyyah dalam kesemestaan rahmat Asma wa Sifat-Nya, maka nyatalah ia dalam keakbaran-Nya maka gaiblah ia dalam keagungan-Nya. Seperti Ulat seperti Kepompong seperti Kupu-Kupu, terimalah dirimu menjadi dirimu dalam kesadaran dalam kesejatian yang Tunggal.
Diam-mu dalam kesabaran tak terdengar langkahmu saat bergerak menerkam mangsa, maka berbaringlah tubuhmu dalam jenaka dalam kesunyian, menghiasi hari-harimu bersamadi kehidupan. Gerak-mu dalam kelembutan meninggalkan sunyi langkah-langkahmu kadang sekejap cepat melintas kadang lembut perlahan maka berlarilah tubuhmu melintasi ruang dan waktu menawarkan keanggunan menyanyikan kebebasan. Jatuh-mu dalam ketinggian hanya suara mengeongmu yang terdengar sementara tubuhmu lentur dalam kemauanmu, maka bangkitlah tubuh yang kembali menapaki segala yang ada menjalani langkahnya yang nyata, seperti pada awalnya seperti pada akhirnya. Terkam-mu dalam kecepatan adalah keunggulanmu keluwesanmu dalam kehati-hatian adalah kelembutanmu, maka berdirilah dirimu seperti Alif mengurai huruf-huruf yang lain seperti titik yang mengawali segala kejadian. Sempurna-mu, sebagai kucing, menjadi kucing dalam kehidupan dalam keilmuan, maka jadilah kucing dalam kesempurnaanmu dalam amtsal-mu.
Menyelamlah di samudera seperti ikan menenggelamkan dirinya, berenanglah digelombag lautan seperti ikan menarikan dirinya, bagaikan samudera tak menyentuh ikan dan ikan tak menyentuh samudera, bagaikan lautan tak mengusik ikan dan ikan tak mengusik lautan, karena ikan mengenali samudera dan samudera mengenali ikan, karena lautan seperti menggerakan ikan dan ikan seperti menggerakan lautan, dalam keheningan samudera dalam gelombang lautan, ikan menyatu dengan samudera ikan menyatu dengan lautan, maka hiduplah ia maka bebaslah ia di keluasan samudera di kedalaman lautan. Hiduplah ikan karena ia, ikan dalam samudera karena ia, ikan dalam riak lautan, ikanlah aku, akulah ikan dalam samudera dalam lautan. Sejatinya aku samudera sejatinya aku lautan, saat ikan hening dalam kedalaman samudera saat ikan bergerak dalam gelombang lautan, karena ikan tanpa samudera karena ikan tanpa lautan, maka tiadalah aku, kata ikan maka matilah aku, kata ikan, karena sejatinya aku ikan karena samudera tanpa ikan karena lautan tanpa ikan, maka aku bukanlah samudera, kata samudera maka aku bukanlah lautan, kata lautan, jadilah aku samudera dengan ikan jadilah aku lautan dengan ikan, maka bebaslah ikan di samudera maka merdekalah ikan di lautan.
Mengapa aku mengatakan dua, jika aku sebenarnya satu. Mengapa aku mengatakan satu, jika aku nyatanya dua. Itulah aku yang bathin itulah aku yang zhohir. Allah wujudku Muhammad namaku, maka nyatalah aku dalam kejadian. Allah zatku Muhammmad ruhku, maka menjadilah aku dalam tubuh adam. Allah adanya aku Muhammad nyatanya aku, maka wujud,ilmu,nur,syuhud-lah aku dalam diri yang tajally. Allah-ku Muhammad-ku dalam ketunggalan dalam kesatuan, yang hakiki yang abadi. Dalam kehakikian dalam keabadian, yang ada, hanya yang tunggal yang ada, hanya yang esa, maka kusaksikan Zat-Mu maka kusaksikan Asma-Mu maka kusaksikan Sifat-Mu maka kusaksika Afal-Mu, dalam Nur Muhammad dalam diri Muhammad. Itulah Aku yang bathin, itulah Aku yang Zohir.
Seperti bayi tapi bukan bayi, ia jernih dari kejernihan ia bening dari kebeningan ia murni dari kemurnian, karena dia adalah diri yang sebenarnya diri karena dia adalah ruh yang quddus, yang tersembunyi dalam tubuhnya diri yang terahasia dalam namanya Sirr, maka dia bernama thiflu ma'any maka dia bernama Nur Muhammad. Seperti mendua tapi bukan mendua, ia satu jua asalnya ia tubuh dan jasad yang satu, karena zohir dan bathin berasal dari Nur Muhammmad karena Nur Muhammad berasal dari Nur Zat Allah, maka ia ada yang nyata maka ia ada yang ghaib. Seperti bersama tapi bukan bersama, ia berupa dari rupa yang sama ia wujud dari wujud yang sama, karena dia bernama diri karena dia tajjali diri, dalam wajah yang satu dalam bentuk yang satu, diri sendiri, diri yang berdiri diri yang terdiri diri yang terperi diri yang tajjali.